Quantcast
Channel: My Personal Ledger
Viewing all 122 articles
Browse latest View live

Suka Duka di Family Raya Ceria

$
0
0

Bus meninggalkan terminal Rawamangun sekitar pukul 14.00 wib. Lalu lintas tol dalam kota arah ke Grogol lancar, sebaliknya arah ke selatan Jakarta lebih padat. Bus melaju santai. Kalau kecepatan kayak gini kapan sampai Soloknya,lelet banget,pikir saya.

Kami sekeluarga dapat kursi di bagian depan,belakang bangku pak Sopir. Karena kapasitas penumpang tidak full,bangku belakang banyak yang kosong. Ayah sama Alam pindah ke bagian belakang. Saya dan Wiya menempati bangku kedua. Sementara Azar di belakang sopir persis. Dengan melihat ke arah jalan di depan,saya tidak terlalu mual. Duduk berdekatan dengan sopir dan kenek membuat saya agak terhibur. Keneknya, si Ajo, orangnya humoris. Ia ngobrol dengan anak muda yang duduk di bangku depan,dekat dengan kursi tempel kernet. Ketika ia berbicara saya jadi teringat lagu minang ,yang suka diputar oleh Ayah dulu, yang mengundang tawa pendengarnya. "Lai tau ang sifatnyo urang awak ko?. Iduang tu ka ateh. Klo yg marunduak tu urang jawa. Urang awak ko salero tinggi, makan nio nan lamak, lalok lamak, tu bini nan rancak". Makjleb juga ini omongan si Ajo. Walaupun bikin ketawa-tawa dia ngomong tapi omongannya tajam setajam silet.

Memasuki daerah Merak,bus berhenti di rumah makan. Banyak yang tidak puasa ,termasuk saya, karena perjalanan jauh tidak apa-apa puasa asal diganti. Di rumah makan Merak itu satu persatu datang bus Family Raya. Herannya bus-bus tersebut jauh lebih bagus dari yang saya tumpangi. 'Kan lai rancak bus wak tu',kata ayah. Bagus apanya lihat dari luar tampak memprihatinkan. Kurang lebih 1,5 jam berhenti di Merak, awak bus melakukan 'PM service' yaitu ganti ban. Baru sekitar jam 5 beranjak menuju pelabuhan Merak. Keluar dari tol Merak,bus sudah mulai mengantri. Dan dimulailah penantian yang penuh kesabaran.

8 jam! Bukan main menunggu untuk naik kapal ferry bisa selama itu. Awalnya ada handphone yang membunuh kebosanan tapi baterai terbatas hingga BB dan powerbank sudah mati. Alam dan Azar berbuka puasa di bus. Bus masuk ke antrian dermaga setelah 4 jam. Saya sudah senang saja karena kapal sudah keliatan dan bunyi klakson kapal terdengar nyaring. Dari pengeras suara petugas pelabuhan mengingatkan penumpang yang membawa mobil pribadi, motor, bus untuk bersabar. Hingga bus menempati baris paling depan ternyata tidak langsung naik. Kapal bongkar muat sekitar 45 menit. Yang masuk pertama-tama, motor. Wuih kayak semut aja motor-motor yang naik kapal. Kedua,mobil pribadi. Ketiga, truk muatan. Truk dibatasi dua unit saja. Lalu, baru bus yang naik. Setiap ferry hanya sekitar 5-6 bus sementara ada ratusan bus yang mengantri. Sudah di depan pintu kapal tapi belum boleh naik itu rasanya..... Bus baru naik kapal jam 02.30 dini hari. Alamaaaak.

Sebenarnya kalau engga rempong dengan bawaan ada cara cepatnya. Naik ferry nya via pejalan kaki, engga perlu ikut antri kendaraan. Naik ke atas ferry. Kami berjalan ke ruangan bisnis yang ada AC nya. Tempat duduk sudah penuh. Mau tak mau lesehan di lantai. 'Koran..koran',ada yang menjajakan koran untuk alas duduk. Berapa harganya? Rp. 2.000 saja. Semuanya ada harganya. Air panas buat nyeduh pop mie yang dibawa sendiri juga Rp. 2.000. Untuk duduk di ruangan bisnis ini ada tarifnya Rp 6.000. Yang memungut iuran adalah petugas berseragam dinhub. Saya bertanya-tanya apa ini retribusi resmi atau pungutan liar. Karena saat membayar,saya tanyakan karcis retribusi tanda kita bayar mana. Eh petugasnya pura-pura tak dengar. Jika memang retribusi harusnya ada karcis atau tanda bukti. Yasudah,anggap saja uang kebersihan deh. Penumpang yang beralas koran akhirnya tidur. Bergelimpangan disana-sini,space untuk jalan saja tidak ada. Saya tidak tahan kantuk karena tidak sepicing pun mata bisa terlelap di bus, ikutan tidur meringkuk. Ada rasa haru melihat semua yang mudik berdesak-desakan di ferry. Kondisi di ruang tunggu seperti di luar batas kenyamanan manusia normal. Namun semuanya melalui 'penderitaan' demi satu tujuan,mudik ke kampung halaman. Di bus hilang sudah rasa jijik, keringat dan bau muntah bercampur satu. Belum lagi kondisi bangku dan lantai bus yang sudah jelek aslinya bikin saya tidak betah. Mau gimana lagi? You get what you pay. Mau enak harus punya duit banyak untuk membeli kenyamanan.

Normalnya perjalanan dari Jakarta ke Solok, 1 hari 1 malam. Lama perjalanan jadi molor 48 jam. Berangkat hari Sabtu jam 2 sampai hari Senin jam 2. Bekal makanan udah habis. Leher pegel, pinggang sakit pokoknya badan sakit-sakit semua. Ada untungnya juga dapat bus jelek karena penumpang di jalan pasti mikir dua kali naik bus ini. Jadi masih banyak kursi kosong. Walaupun kondisi tersebut tidak menguntungkan sopir dan kenek, tidak ada uang tambahan. Salut juga dengan bus yang saya remehkan awalnya ini, tidak rusak di jalan. Sementara ada bus yang kelihatan bagus malah mogok. Hahaha.

Pemberhentian terakhir sebelum melanjutkan ke kota masing-masing di daerah Sumbar yaitu RM Umega Gunung Medan. Sudah dekat rumah! Solok masih 4 jam perjalanan lagi tapi hati sudah riang gembira. Sudah tidak bisa tidur. Hahaha. Setiap Km nya benar-benar dinikmati. Semakin banyak Km yang ditempuh, semakin dekat dengan rumah. Yeay!

Ujian dek zi mah, biaso naiak kapa tabang kini naik bus, kata Iniak pas sampai di rumah. (Ujian buat azi,biasa naik pesawat kini naik bus). Saya tidak pernah merasa Solok itu jauh dari Jakarta. Setelah melewati 48 jam perjalanan baru terasa jarak Jakarta-Solok jauh. Ya itu lah makna 'Kampuang nan jauah di mato tapi dakek di hati'. :)


Renungan Malam Takbiran

$
0
0

Hari raya Idul Fitri tahun ini terasa sangat spesial karena kami sekeluarga merayakan kembali di kampung halaman. Sekalipun untuk mencapainya harus berkorban dan penuh perjuangan melalui 48 jam perjalanan darat dari Jakarta. Kapan terakhir kali kami merayakan Idul Fitri di rumah ini? Belasan tahun lalu ketika keluarga tercinta masih utuh. Suasana idul fitri tanpa Bundo, Ibuk dan Nenek terasa berbeda. Ketiga wanita hebat dalam hidup saya telah pergi. Kebaikan mereka akan tetap mengalir dalam pesan-pesan kebaikan yang dijalankan oleh anak cucu mereka. We miss you so much..

Kenangan-kenangan masa kecil merayakan Idul Fitri menyerbu pikiran saya. Saat saya bingung mengikuti takbir sholat Ied di Lapangan Merdeka. Saat bersedekah dengan memasukkan keping uang logam Rp 100 yang bunyinya berdentang di baskom orang minta sedekah di pinggir jalan. Mereka biasa berderet meminta sedikit berkah dari hari raya. Setelah itu Bundo akan menyiapkan rantang besar dengan berbagai macam lauk dan santapan khas hari raya untuk dibawa ke rumah nenek dari pihak Ayah. Tradisi tersebut dinamakan Manjalang Mintuo.

Mengenai makna Idul Fitri sendiri yang kembali ke fitrah, putih dan suci, saya merasa tidak cukup beribadah dengan baik. Apakah ibadah saya cukup menghapus dosa-dosa saya? Sebagai manusia yang tidak sempurna mudah sekali melakukan dosa dengan atau tanpa disadari. Idul Fitri tidak hanya akhir dari tujuan mencapai kemenangan menahan hawa nafsu tetapi juga awal dari konsistensi menjalankan ibadah yang sama baik ketika dilakukan dalam bulan Ramadhan. Saya masih terus belajar menjadi muslim yang baik. Proses pembelajaran tersebut tidak mudah. Terkadang iman naik turun, jika rajin ya rajin. Pas lagi turun,malasnya minta ampun. Semoga 11 bulan ke depan, semangat Ramadhan bisa bertahan dan menjadikan pribadi yang lebih baik dari hari kemarin.

Taqabalallahu minna waminkum, mohon maaf lahir dan batin. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434H

PS : Dear Holy month Ramadhan, I'm already missing you.

- 7 Agustus 2013 -
Rumah Ibuk Bawah Jao, Selayo. Solok.

The Day When The Prince of Bernabeu Back Home

$
0
0
fantastic atmosphere!

Setiap penggemar sepakbola pastinya mempunyai seorang pemain favorit yang membuatnya menyukai permainan tersebut. Pemain yang bisa menjadi idola, inspirasi bahkan pahlawan. Pahlawan sepakbola saya adalah Raul Gonzalez Blanco, Living Legend dari klub Real Madrid dan timnas Spanyol.

Masa kejayaan Raul Gonzalez telah berlalu. Kini ia menjadi pemain asing di negara Qatar. Kiprahnya tidak selalu disorot media. Kerinduan untuk menonton Raul terasa membuncah, apalagi melihat ia memakai kostum putih Real Madrid. 23 Agustus 2013 menjadi hari yang spesial karena Santiago Bernabeu Trophy membawa Raul Gonzalez kembali bermain untuk klub dan stadion yang membesarkan namanya. Welcome home Captain! I wish i could be there at Bernabeu,watching you from close distance. :')

Raul bermain satu babak untuk Real Madrid dan satu babak untuk Al Sadd. Madridista seluruh dunia tentunya menanti kehadiran El Capitan bermain dengan seragam putih kembali. Sayang sekali pertandingan tidak disiarkan secara live di tv Indonesia. Saya tidak banyak berharap bisa nonton karena waktunya dini hari pas hari kerja. Ketiduran pasti. Seperti pertandingan Schalke versus Al Sadd sebelumnya, saya hanya membaca jalannya pertandingan di internet. Anehnya, saya tersentak bangun karena digigit nyamuk tepat pertandingan akan dimulai. Berkat informasi dari akun twitter @Madrid_Indo dan @RaulGonzalez_ID, saya nonton via streaming di android. Saya masih gaptek dengan fitur android jadi layar streaming yang muncul hanya 3/4 dan gambarnya kecil-kecil banget. Hahaha. Tidak apa-apa lah yang penting nonton.

Duo captain *huwaa terharu banget* :')

Raul kembali memakai nomor punggungnya dahulu, nomor 7. Dan untuk tindakan ksatria Christiano Ronaldo tersebut, kali ini saya standing ovation buat dia. *biasanya suka sebel liat CR*. Raul mencetak gol pertama untuk Real Madrid. Aaak saya menangis haru. Madridista sudah 3 tahun menanti Raul kembali mencetak gol untuk Madrid.  Teman saya bilang saya lebay saat saya ceritakan saya dulu suka nangis nonton Spanyol kalah di piala dunia dan piala eropa (waktu kaptennya Raul). Raul mampu membuat saya menangis sekaligus tersenyum. Ah cinta saya sama Raul sudah teruji waktu. Pernah menyukai beberapa pemain bola lainnya tapi tidak ada yang menyamai Raul.

Saya rasa engga cuma saya saja yang emosional banget. Saya mengamati kicauan dibawah tag #graciasraul. Saya tidak sendiri. Bahkan untuk penggemar Barcelona, rival Real Madrid, Raul termasuk pemain yang disegani. Akun twitter parodi sepakbola @footyjokes pun menampilkan foto-foto Raul. Tidak pernah saya lihat meme yang ngebully Raul. Ya Raul tipikal pemain yang 'whatever club you support,you just can't hate him'. Mantan pemain Real Madrid, Gonzalo Higuain dan Esteban Granero, turut mengunggah foto ketika mereka masih bermain bersama Raul. Aah Pipita..Pirata..jadi kangen kalian juga. :')


aaaaaa..bahagia sekali melihat ekspresi Raul yang ini :') *speechless*


Rasanya waktu 90 menit tidak cukup puas untuk menyaksikan Raul bermain. Tidak peduli ia berseragam Real Madrid atau Al Sadd yang menjadi bintang utama di Santiago Bernabeu Trophy 2013 adalah The Prince of Bernabeu, Raul Gonzalez Blanco. :*

Berikut catatan-catatan saya mengenai Raul  ;
Ketika Raul  berulang tahun, saya menuliskan disini.
Ketika Raul meninggalkan Real Madrid, saya menuliskan disini dan disini.
Ketika Raul  berganti kostum biru Schalke FC, saya menuliskan disini.
Ketika Raul  menoreh penampilan ke 1000 nya di klub Al- Sadd, saya menuliskan disini.











Ketika Museum Masuk Mall

$
0
0
"Siapa yang suka ke museum? Tunjuk tangan". Sayaaaaaa. Hahaha, nanya sendiri jawab sendiri. Saya suka sekali mengunjungi museum dengan sahabat-sahabat saya dan adik-adik saya. Berawal dari postingan foto teman di path,saya mengetahui event The Museum Week di Senayan City (Sency). Saya jarang sih jalan ke Sency soalnya kejauhan dari rumah. Demi pameran museum, saya bela-belain ke Sency deh karena hari minggu adalah hari terakhir pameran.

The Museum Week 2013

The Museum Week ini diorganisasi oleh Jakarta Post. museum-museum yang turut berpartisipasi adalah museum yang berlokasi di Jakarta. Saat saya memasuki area acara,di panggung sedang ada acara peragaan busana. Karena saya tidak bawa kacamata jadi kurang jelas. Saya memutari stand-stand museum.
Beberapa museum sudah pernah saya kunjungi. Seperti museum bahari, museum fatahillah, museum nasional, museum monas, museum bank indonesia, museum perumusan naskah proklamasi. Minat saya tertarik pada museum gedung joang 45 dan museum sumpah pemuda. Saya sering melewati kedua museum ini tapi melihat pintunya tertutup jadi ragu apakah museum ini buka untuk umum.

Mungkin stand yang paling menarik perhatian adalah museum asmat TMII. Tidak hanya menampilkan koleksi museum,pemahat suku asmat juga dihadirkan lengkap dengan atribut suku asmat. Pengunjung pun bisa berfoto bersama bapak yang berpakaian suku asmat dengan papan 'I Love Asmat'. Kreatif! Sayang sekali ketika saya ingin bertanya mengenai banyak hal bertepatan dengan performance mereka. Penari-penari Papua memeriahkan panggung acara dengan diiringi lagu daerah 'Sajojo'. Awalnya hanya penari-penari saja yang menari hingga panitia, pengunjung, dan model-model yang sedang di atas pentas ikut turut menari. Sayangnya tempatnya kecil jadi tidak cukup kalau menari lebih banyak lagi.

*narsis dikit* ;p

Bagus sekali ide pameran museum di mall ini karena bisa menarik minat pengunjung ke museum. Pameran ini bisa memberikan altetnatif bagi penduduk jakarta secara khusus bahwa ada alternatif tempat wisata keluarga yang memiliki nilai edukasi. Andaikan ada pameran museum yang mencakup seluruh Indonesia,menghadirkan museum-museum dari kota-kota lainnya. Pasti seru! Saya jadi rindu berkeliling museum lagi. Yukkk ke museum. ^^


Disconnected

$
0
0
Zaman sekarang kebutuhan dasar manusia tidak cukup dengan sandang, papan dan pangan. Kebutuhan dasar keempat adalah telekomunikasi. Baik itu dari segi alat komunikasi seperti telepon selular, smartphone ataupun dari sistem jaringan dari provider dan layanan smartphone. Mungkin sekarang ketinggalan dompet lebih mending dibanding ketinggalan handphone.   Apalagi sekarang ini setiap orang bisa terkoneksi dengan internet yang membuat dunia serasa berada di genggamana. Sekalinya provider bermasalah beritanya langsung tersiar, tak jarang umpatan kekesalan bertebaran di lini-lini media sosial.

Nah, bagaimana jika keadaan yang memang tidak bisa dihindari? Wilayah Indonesia sangat luas. Kecepatan komunikasi masih terpusat pada kota-kota besar. Tidak semua provider bisa menjangkau ke pelosok-pelosok daerah. Setelah saya tiba di camp Langap, Malinau Selatan, saya periksa handphone tertera tulisan ‘no service’. Sinyal hilang sudah dari pagi hari, kata teman sekamar saya. Terakhir saya berkunjung kesini sinyal datang dan pergi hanya selama beberapa jam dan tidak sampai seharian.

Esoknya, ketika saya bangun tidur. Hal pertama yang saya cek adalah handphone. Alhamdulillah sudah ada sinyal. Jika di kantor karyawan perusahaan masih terbantu dengan adanya wifi. Setelah kembali ke mess, saya periksa lagi ternyata handphone kembali ‘no service’, untuk blackberry masih menangkap sinyal namun notifikasi chat bbm lama sekali masuknya. Artinya saya tidak bisa aktif dalam sosial media di malam hari. Apakah saya termasuk yang addicted dengan sosial media dan internet ? Mungkin iya, rasanya ada yang kurang kalau tidak melihat sehari saja akun-akun sosial media saya.

Seberapa penting sih sosial media? Cukup penting karena saya lebih senang berkomunikasi lewat tulisan. Disaat tidak ada yang bisa diajak ngobrol, disaat orang lain juga sibuk berkomunikasi dengan kekasih mereka. Chatting atau membaca celotehan teman-teman di sosial media menjadi hiburan tersendiri. *Jomblo sih*. Hahaha. Disinilah teman setia saya menemani saya membunuh waktu. Seperti kata Ernest Hemingway bilang, “There is no friend as loyal as a book”.


Jangan heran kalau selama di Malinau, saya hanya aktif di siang hari. Koneksi tergantung dengan wifi. Itupun kalau wifinya tidak ikut berulah. Kalau jaringan kantor juga ikut down secara total benar-benar terputus dari ‘dunia luar’. 

[Movie Review] Midnight in Paris

$
0
0
Perfect Sunday! Bangun siang, membaca buku bagus dan nonton film bagus. Sederhana sekali untuk menikmati hidup. Lama sekali rasanya says tidak nonton film. Melihat tidak ada film yang cukup menarik untuk saya datang ke bioskop, saya membongkar tas kumpulan dvs saya. Sebagian besar sudah saya tonton dan sebagian lagi belum pernah saya putar. Jangan tanya kapan saya membelinya. Saya tidak ingat karena saking lamanya. Ah tak hanya penimbun buku, dvd pun begitu beli dulu ditonton belakangan. Sebelum adik saya meninggalkan rumah,dia menyetelkan dvd player buat saya. Saya tinggal mencari film yang mau ditonton. Hahaha. Saya pilih film Milk yang dibintangi Sean Penn dan James Franco (my man). Milk merupakan film kisah hidup Harvey Milk,seorang aktivis gay di San Fransisco. Sementara itu James Franco berperan sebagai Scott, kekasih dari Milk. Saat itu pengakuan terhadap homoseksual belum seperti sekarang. Film ini cukup lama saya tunda karena saya belum siap melihat James Franco beradegan mesra dengan sesama laki-laki. Eh setelah menontonnya adegan-adegan yang saya khawatirkan tidak terjadi. Porsi James Franco hanya sedikit. Dan kaset dvd macet tepat ketika Scott meninggalkan Milk karena kegiatan politiknya. Aaaaak padahal saya masih penasaran dengan film ini yang menghantarkan Sean Penn meraih piala oscar. Oke, saya melanjutkan film kedua 'Midnight in Paris'. Dengan mulut komat kamit 'jangan macet ya jangan macet',saya memasukkan dvd yang sama-sama seuzur dvd Milk. I knew I love it this film! Paris identik sebagai kota romantis. Gill Penders datang ke Paris bersama tunangannya,Inez. Ia adalah penulis yang sedang mengerjakan sebuah novel tentang laki-laku yang bekerja di toko antik. Gill tidak cukup pede dengan tulisannya. Di Paris, mereka ditemani oleh orang tua Inez dan berjumpa dengan teman Inez, Paul dan pacarnya. Suatu malam Gill tersesat sendirian di jalanan Paris. Ia duduk dan mendengar lonceng gereja yang memberitahukan waktu tengah malam. Tak lama,datang sebuah mobil kuno yang mengajaknya masuk ke dalam dan membawanya bertemu dengan orang-orang yang tidak dia duga. F.Scott Fitzgerald ! Penulis The Great Gatsby. Ia bersama istrinya yaitu Zelda. Dan Gill dipertemukan Scott dengan Ernest Hemingway. Wooow! Penulis-penulis Amerika ini memang bersahabat dan pernah tinggal di Paris. Ernest Hemingway digambarkan tidak cukup senang dengan Zelda. Ia berbicara kaku dan tegas, mungkin pengalamannya waktu perang yang membuatnya demikian. Satu hal yang paling saya ingat dari Hemingway selain novel The Old Man and The Sea yang memikat saya waktu SMA adalah ketampanan Ernest Hemingway waktu muda. Cakeeeeep banget! Aktor yang peranin Hemingway tidak bisa menandingi kecakepan Ernest Hemingway muda sendiri. Hihihi. Hemingway akan membawa tulisan Gill pada editornya, Gertrude Stein. Nah tunangan Gill tidak percaya saat ia mengatakan menghabiskan waktu bersama Ernest Hemingway dan Scott Fitzgeralds. Gill kembali menghabiskan waktu terpisah dari Inez. Di tempat yang sama dan setelah lonceng tengah malam berbunyi. Gill kembali bergabung dengan literary idol nya. Kali ini dia membawa draft novelnya. Ia bertemu gadis cantik, Adriana , yang menjalin hubungan terlarang dengan Pablo Picasso. Kala tengah malam di Paris, Gill melewati batas waktu dan terlempar ke masa lalu. Gill bertemu dengan tokoh-tokoh yang menghasilkan karya yang dikenang sepanjang masa. Scott Fitzgerlad, Ernest Hemingway, Pablo Picasso, Salvador Dali, T.S Elliot. Sementara di masa kini, ayah dari Inez merasa curiga dengan calon menantunya yang menghilang di malam hari. Ia menyewa detektif swasta untuk mengikuti Gill. Hubungannya dengan Inez semakin runyam. Inez menganggapnya gila saat Gill menceritakan pengalamannya Film besutan Woody Allen ini dikategorikan sebagai film komedi romantis. Ya bukan seperti film komedi romantis ala Hollywood seperti biasanya. Adegan romantisnya sedikit. Hihihi. Sebenarnya apa yang ingin disampaikan Woody Allen ? Yang membuat saya semakin suka film ini yaitu adanya Shakespeare and the Company,toko buku legendaris dan bapak-bapak penjual buku tua di tepi sungai Seine. Selama ini saya melihatnya dari foto-foto di flickr dan tumblr,melihatnya di suatu film terasa berbeda sekali. Just love it! Berikut penutup tulisan ini adalah kalimat yang menggema di pikiran saya setelah menonton film ini. 'Being strong is the hardest thing when you have no one to be strong for'

My Weakness

Pameran The History Indonesian Railways

$
0
0
Erasmus Huis tidak pernah kehabisan ide dalam menggelar pameran. Setiap saya mengembalikan buku di perpustakaan Erasmus Huis, saya akan mampir ke ruang pameran. Saya mengembalikan buku pinjaman dahulu. Sudah telat 1 minggu. Bapaknya baik banget, saya tidak usah membayar denda. Karena saya ingin menikmati pameran, saya langsung menyambar buku Arus Balik - Pramoedya Ananta Toer.

area pameran

Minggu ini baru saja dibuka The History of Indonesian Railways. Pameran ini bekerja sama dengan PT KAI menampilkan cikal bakal dunia perkereta apian. Setelah melewati rolling door kedubes Belanda sudah tampak kemeriahan pameran. Pintu masuk Erasmus Huis dipasang properti seperti stasiun Beos Kota Jakarta. Di halaman tampak replika kereta warna biru dan cho cho train yang bisa dinaiki anak-anak.

ini keren banget fotonya.

Ruang pameran selain dipenuhi foto-foto arsip jaman doeloe menampilkan juga kepala lokomotif mini dari kereta yang pernah dipakai di Indonesia, manekin pak masinis, alat pemeriksa karcis, rambu-rambu kereta. Lengkap. Saya baru mengetahui ada jalur kereta juga di pulau Kalimantan dan Sulawesi walaupun rutenya pendek. Kalau tidak ingat waktu makan siang yang mau habis rasanya ingin berlama-lama menikmati pameran. Sayang, saya harus kembali ke kantor sehingga belum puas rasanya melihat-lihat koleksi pameran.





[Movie Review] Now Is Good

$
0
0



Sepintas saat membaca sinopsis Now Is Good saya teringat dengan cerita novel yang tidak selesai saya baca. Karena penasaran saya googling tentang film ini. Benar saja, Now Is Good ini berdasarkan novel Jenny Downham yang berjudul 'Before I Die'.

Kisah Tesa Scott, remaja perempuan yang mengidap leukemia tahap akhir, ia telah menyusun bucket list, daftar keinginan yang ingin ia lakukan sebelum meninggal. Tesa Scott diperankan oleh Dakota Fanning. Tesa bersama Zoey, satu-satunya sahabat Tessa semenjak ia berhenti dari sekolah membantu mewujudkan keinginannya. Salah satunya adalah have sex. Ia mencoba kencan buta dengan seseorang tapi gagal. Orang tua Tesa sudah bercerai. Ia dan adiknya, Carl, tinggal dengan ayah mereka. Ayahnya yang merawat Tesa sehari-hari.

Suatu hari Tesa berjalan ke halaman tetangganya. Disana ia berkenalan dengan Adam, yang tinggal hanya dengan ibunya. Tesa jatuh cinta dengan Adam. Ayah Tesa sangat protektif untuk putrinya. Ia menilai Adam tidak cukup kuat untuk menghadapi situasi Tesa dan ia takut Tesa terluka karena cinta. Saat kencan resmi mereka pertama, Tesa mengalami pendarahan hebat dari hidungnya. Ia sedang bersama Ibunya yang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Adam berdiri terpaku saat ambulan membawa Tesa.

Ketakutan datang dan pergi di dalam diri Tesa. Adam menjadi kekuatan yang baru yang membuatnya tidak teringat tentang kematian. Sel-sel kanker sudah mencapai sumsum tulang belakang. Waktunya sudah terhitung mundur. Bahkan tidak cukup untuk Tesa melihat sahabatnya melahirkan. Ia menginginkan Adam tidur di sampingnya, memeluknya saat ia terbangun.

"Our life is a series of moments. Let them all go. Moments. All gathering towards this one. "
Film ini menguras air mata saya. Sungguh. Kisah yang mengharukan. Bagaimana Tesa menghadapi hari-harinya dengan bermakna, bagaimana Ayahnya begitu tak kenal lelah menjaganya, bagaimana Zoey membantunya melakukan hal-hal gila di bucket listnya Tesa, dan bagaimana Adam memberikan perhatian yang tulus untuk Tesa. Sediiiiiih.

Live every moment, love every minute.




Three Songs in My Head

$
0
0
Dalam film-film yang saya tonton dua minggu terakhir ini, saya menemukan tiga lagu yang menyentuh hati. 

Pertama, I Know You Care – Ellie Goulding. (Ost Now Is Good)



Clinging to me
Like a last breath you would breathe
You were like home to me
I don't recognize the street

Memang filmnya sedih sih jadi lagu ini mendukung makin jadi sedih.Tes. Tes. Bulir-bulir airmata jatuh pelan-pelan lalu menangis sesugukkan. Udah lama juga engga nonton film yang bikin mata bengkak. Saya tak terlalu kenal dengan lagu-lagu Ellie Goulding. Mendengar melodi dan liriknya langsung saya suka. 

Kedua, Young & Beautiful – Lana Del Rey. (Ost Great Gatsby)


Will you still love me
When I'm no longer young and beautiful?
Will you still love me
When I got nothing but my aching soul?
I know you will, I know you will
I know that you will
Will you still love me when I'm no longer beautiful?

Suara Lana Del Rey mempunyai keunikan tersendiri. Magis dan mistis itulah kesan saya pertama kali mendengar dia di lagu 'Born To Die'. Film Great Gatsby sendiri saya tidak terlalu suka dengan scoringnya. Masa iya setting tahun 1920-an ada lagu rapnya gitu. Engga matching. 'Young and Beautiful' ini terasa menghipnotis saya. Bagus banget musik dan liriknya.

Ketiga, We Both Know – Colbie Calliat feat Gavin De Graw. (Ost Safe Haven)


We both, know our
Own limitations, and that's why we're strong
Now that we've spent some time apart
We're leading each other, out of the dark


Dari film Safe Haven yang bikin mata berkaca-kaca. Ah Nicholas Sparks memang jagonya menulis cerita romantis nan menyentuh hati. Walaupun saya penggemar Colbie Calliat, saya baru tahu lagu ini dari film. 'Kayak kenal suaranya',batin saya waktu nonton. Browsing browsing ternyata yang nyanyi Colbie. *fans macam apa ini*.


I Gusti Ngurah Rai Pagi ini

$
0
0
Tak dipungkiri jumlah kendaraan bermotor di Jakarta semakin bertambah. Namun saya sebagai warga biasa masih memiliki ketergantungan terhadap transportasi publik. Kemana-mana ya naik angkot, bus Transjakarta, ojek atau taxi. Beberapa waktu lalu, metromini yang saya gunakan sempat mogok beroperasi.  Saya bisa naik bus Transjakarta sebagai alternatif. Sebenarnya memang lebih nyaman tapi kalau berangkat buru-buru suka malas berjalan ke halte yang lumayan. Tidak pernah terpikir bagaimana jika moda transportasi publik ke kantor benar-benar lumpuh.

Pengumuman dari BLU Transjakarta di twitter mengejutkan saya. Koridor 11 berhenti beroperasi karena ada eksekusi lahan di daerah Buaran. Koridor 11 melayani rute terminal Kampung Melayu – Pulogebang melewati jalan I Gusti Ngurah Rai, tempat saya naik turun kendaraan umum. Waduh! Mbak saya yang baru datang langsung melaporkan bahwa ada ribuan polisi dan satpol PP mengarah ke Buaran. “Dari jam 3 subuh Ni”, katanya.  Saya antara percaya dan tidak percaya karena Mbak suka lebay kalau cerita. Ayah yang sudah berangkat duluan menelpon saya. “Langang, banyak polisi di Mall”. Dan saya terkejut mendapat foto halte bus Transjakarta dirusak dan dibakar. Kok anarkis banget ?


source : twitter @BLUTransJakarta

Jam 8 saya masih di rumah, menimbang-nimbang naik apa dan lewat mana ke kantor. Sehari-hari saya melewati Jl I Gusti Ngurah Rai. Kalaupun lewat jalan baru Pondok Bambu – Casablanca itu karena nebeng teman kantor. Pasti macet banget tuh. Agak setengah malas juga sih abisnya semalam baru tidur jam 2 pagi. Akhirnya saya memutuskan ke kantor juga. Hahaha. Udah ijin telat terlebih dahulu sih.

kosong!

Whoaa! Jalanan I Gusti Ngurah Rai yang biasanya macet kosong melompong. Mau naik ojek yang tinggal satu-satunya mangkal, eh diserobot ibu-ibu hamil. Yaudah deh, silahkan Bu silahkan. Beberapa orang nampak berjalan kaki ke arah perempatan flyover Klender. Oke, saya jalan kaki sampai flyover dan coba naik metromini yang datang dari arah Duren Sawit.

Polisi anti huru hara 

Lengang yang mengkhawatirkan. Sungguh mencekam. Mobil pemadam kebakaran bergerak menuju arah Pondok Kopi/Buaran. Mobil-mobil polisi dan satpol PP berjejer parkir di dekat halte bus Transjakarta. Polisi nampak berjaga-jaga di perempatan flyover. Polisi anti huru-hara nampak duduk santai. Lagi jalan gitu ada satpol PP yang sedang di dalam mobil godain saya. Woi tugas woi !, pengen teriak gitu deh. Ihh sempet-sempetnya godain anak gadis orang! *pinjam pentungan pak polisi*

Syukur lah ada bajaj kosong pas lampu merah. Tak lama tawar menawar, ada mbak-mbak yang mendekati saya. “Mbak mau kemana?”. “Kampung Melayu”, jawab saya. “Saya boleh bareng ga, patungan deh ongkosnya. Ongkosnya berapa?”. “20.000”, saya mempersilahkan dia ikut bajaj saya. Saya tadinya berjalan di belakang dia. Nampaknya dia kebingungan kenapa jalanan kok kosong. “Saya jalan kaki dari Bulak”, katanya. Lebih agak jauh dari persimpangan jalan saya.  “Ada halte busway yang dibakar di Buaran”, ujar saya. 'Haaa',dia terkejut. Kami pun mengobrol panjang lebar. Dua orang asing yang dipertemukan oleh kejadian yang sama, senasib sepenanggungan.

Ribut-ribut lahan di Buaran sudah tak asing lagi. Ini kejadian yang sekian kali. Belum tuntas dari dulu-dulu. Dulu juga pernah jalan di blokade tapi karena terjadi pada hari Sabtu jadi tidak merasakan imbasnya seperti apa. Pertanyaannya kenapa sih harus bakar fasilitas publik seperti halte bus Transjakarta segala. Berapa property damage yang harus ditanggung?  Semoga peristiwa ini yang terakhir. 


[Movie Review] The Bling Ring

$
0
0


Menjadi pusat perhatian, terkenal, banyak teman mungkin adalah mimpi sebagian besar remaja. Siapa yang tak ingin populer di sekolah? Penampilan tentunya menjadi hal yang penting. Tidak cukup cantik, aksesoris pun harus memiliki prestise yang tinggi. Semakin terkenal dan mahal dari merek-merek yang mereka pakai semakin terlihat keren dan mengundang decak kagum. Rebecca, Nicki, Chloe dan Sam adalah bagian dari remaja-remaja tersebut. Marc, anak baru yang bertemu dengan Rebecca, menjadi satu-satunya lelaki di kelompok mereka.

Bagaimana bisa tampil modis dan kece layaknya selebritis Hollywood? Remaja-remaja ini bukan hanya meniru tapi merampok rumah-rumah selebritis tersebut.  Yang menjadi korban-korban mereka adalah artis yang sedang syuting atau berpesta di luar kota. Sebagai anak baru, awalnya Marc rada mengikuti Rebecca yang lihai membuka mobil-mobil dan rumah-rumah mewah.  Rebecca mengikuti berita selebritis yang sedang berada di luar kota. Marc mencari tahu alamat dan informasi dari internet. Malamnya mereka beraksi.  Mudah saja mereka memasuki rumah-rumah seleb tersebut. Mereka tidak perlu menjinakkan sistem alarm yang rumit karena kunci rumah ditaruh di bawah keset. Hasil curian mereka bisa berupa duit tunai, dress, tas, sepatu mewah seperti  Chanel, Gucci, Prada, Burberry, Loubotin. Mereka berpesta dengan memakai barang-barang tersebut dan menggunggah foto-foto di facebook.

Mereka sebetulnya anak-anak orang kaya. Mencuri untuk tampil menarik perhatian dan menjadi terkenal sungguh menyedihkan. Bagian favorit saya adalah waktu mereka ‘berkunjung’ ke rumah Paris Hilton. Paris itu narsis banget. Fotonya memenuhi dinding rumahnya. Bantal-bantal juga bergambar dirinya. Ah jadi inget artis Indonesia yang narsisnya persis kayak gini. Hahaha. Karena Paris Hilton sering sibuk (berpesta) di luar kota, ia tidak menyadari dirinya kecurian. Rebecca, Marc, Nicki dan Sam bahkan berpesta di kediaman Paris ! Anjing kecil Cihuahua milik Paris pun hampir dibawa juga oleh Rebecca.

Sepandai-pandainya tikus nyuri, jejaknya tercium juga sama yang punya rumah. Pencurian di rumah selebriti Orlando Bloom, Megan Fox, Audrina Patridge dan Lindsay Lohan terendus juga. Satu per satu dari mereka diringkus polisi. Kecuali Rebecca yang sedang berada di rumah ayahnya di luar kota. Nicki menjadi orang yang paling disorot pers. Rebecca yang paling belakangan ditangkap tidak mengakui perbuatannya. Media menjuluki mereka “The Bling Ring”. Mengapa mereka mencuri ? Jelas ada yang salah pada diri mereka. Perkataan dari Marc mewakilkan tingkah laku mereka yang menyimpang : I think we just wanted to be part of the lifestyle. The lifestyle that everybody kinda wants.

Film ini diangkat dari peristiwa nyata yang terjadi pada tahun 2009. Pencurian rumah-rumah artis Hollywood oleh remaja tersebut menelan kerugian hingga lebih dari 3 juta dollar. Wow. Ini remajanya yang terlalu pintar atau artisnya yang bodoh ? .

Baca juga artikel menarik dari Vanity Fair yang mengilhami film ini disini.

Kawan Asing

$
0
0
Friends come and go.
Things change.
People changes.
Feeling change.
And yourself change too. It's called Life.

Di malam ini, tiba-tiba berbagai macam kenangan berhamburan di pikiran saya. Pemicunya adalah seseorang yang pernah dekat dengan saya menanyakan kabar via media sosial. Teringat bagaimana akrabnya saya dahulu dengannya dan kini kami menjadi orang asing. Kita pernah saling peduli dan membagi cerita kehidupan masing-masing dan sekarang saya tidak tahu kabarnya bagaimana.

Ya benar tidak yang kekal selain perubahan itu sendiri. Kehidupan dan lingkungan menciptakan jarak tak kasatmata. Keberadaan sosial media memang membantu sekali untuk tetap berhubungan dengan teman-teman. Secanggih apapun aplikasi sosmed sekarang rasanya tidak ada yang menandingi interaksi secara langsung.

Saya suka sedih kalau bertemu teman lama. Obrolan lancar hanya bertahan dalam beberapa waktu saja. Setelah itu,kadang saya berpikir keras agar percakapan hidup dan tetap mengalir. Mengingat kita pernah melewati masa-masa yang rekat, tiada tembok penghalang tiada kekakuan yang menggaung lalu berpas-pasan di jalan hanya sekedar bertukar sapa sekenanya terasa menyakitkan.

Kenapa dia berubah jauh dari yang saya kenal? Kenapa saya tidak bisa memahami dalam satu saluran yang sama? Dia atau saya sama-sama berubah. Hal tersebut tidak bisa dihindari siapa pun. Bahkan untuk orang yang selalu berada di dekat kita seperti keluarga juga bisa berubah. So sad but it's true.

Untuk itu, apa yang dipunya sekarang patut disyukuri. Perjalinan yang saat ini erat suatu saat bisa longgar atau kendur. Tak apa, masing-masing orang berhak mempunyai ruang tersendiri. Asalkan jalinan tersebut tidak terputus dan kita kembali ke masa sebelum bersalaman dan saling mengucapkan nama. Orang asing.

Dear my friends, I miss you. I really do.

[Movie Review] A Separation

$
0
0


Film "A Separation" dibuka oleh proses perceraian Nader dan Simin. Simin menggugat cerai Nader, pria yang telah menikahinya selama 14 tahun. Simin menginginkan mereka pindah ke luar negeri. Nader menolak karena ia tidak bisa meninggalkan ayahnya yang sudah tua. Simin menggugat cerai Nader.Lalu, Simin meninggalkan Nade dan kembali ke rumah orang tuanya.

Ayah Nader mengidap Alzheimer, ia sudah jarang berbicara dan tidak bisa mengenali keluarganya. Nader harus bekerja sementara Termeh bersekolah. Untuk menjaga kakek dan bersih-bersih rumah dipekerjakan lah Razieh, yang membawa serta putri kecilnya bernama Somayeh. Razieh menerima pekerjaan tersebut tanpa memberitahu suaminya. Saat kakek buang air kecil di celana tanpa menyadarinya, Razieh mau tak mau harus membersihkan badan orang tua tersebut. Mengingat kakek bukan muhrimnya, Razieh agak enggan. Karena hal tersebut dirasa melebihi tugasnya, Razieh meminta digantikan dengan suaminya. Hari berikutnya, Razieh tetap datang ke rumah Nader. Suaminya mempunyai sejumlah masalah dengan debt collector sehingga ia tetap menerima pekerjaan tersebut. Suatu hari kakek menghilang dari rumah, Razieh mencari - carinya di sekeliling apartemen. Kakek sudah pikun dan tidak 'awas' lagi berjalan. Ia ditemukan sedang menyebrang membeli koran.

Keesokannya, Nader dan Termeh pulang lebih cepat dari biasanya. Mereka mendapati apartemen terkunci. Tidak ada Razieh dan Somayeh di dalam. Melalui kunci cadangan, Nader bisa masuk ke apartemen. Termeh terpekik saat membuka pintu kamar kakeknya. Kakek tertelungkup di samping tempat tidur dengan tangan terikat. Sejenak, mereka mengira kakek sudah meninggal tapi masih ada detak kehidupan di jantungnya.
Tak lama, Razieh kembali. Nader marah karena Razieh melalaikan tugasnya, meninggalkan ayahnya sendirian di rumah dengan tangan terikat ke tempat tidur. Razieh meminta upah kerjanya hari itu. Nader sedang marah. "Ada uang yang hilang di kamarku", kata Nader. Keadaan pun jadi kacau. Razieh bersumpah tidak mengambil uang milik Nader. Periksa tasku, Tuan, ujarnya sambil menangis. Ia tidak mau pergi meninggalkan rumah Nader sampai Nader mencabut tuduhan mencurinya. Razieh wanita yang religius dan tuduhan tersebut menyakiti harga dirinya. Nader mendorong paksa Razieh keluar dari pintu apartemennya. Somayeh ikut menangis keras melihat ibunya mendapat perlakuan kasar dari Nader.

Buntut dari tindakan kasar Nader itu panjang. Razieh mengalami keguguran dan suaminya menuntut Nader. Tuduhan yang serius yaitu pembunuhan. Kedua belah pihak saling bersikukuh merasa benar. Nader mengaku tidak mengetahui Razieh sedang hamil muda. Jika ia mengetahui mungkin tidak akan memperkerjakan Razieh, begitu kilah Nader. Suami Razieh sangat emosional sehingga mereka nyaris terlibat baku hantam. Nader terancam 1-3 tahun hukuman penjara. Razieh mengatakan "kehilangan anak tidak sebanding dengan tuduhan mencuri".

Balik ke persoalan rumah tangga Nader dan Simin, Termeh kecewa dengan ibunya. "Andaikan Mama tidak pergi, mungkin Papa tidak di penjara saat ini". Tatapan sayunya menghujam keibuan Simin. Jika Nader dipenjara, siapa yang akan merawat ayahnya dan siapa yang akan menjaga putrinya. Sementara itu proses hukum terus berlanjut. Uniknya walaupun orang tua mereka bertengkar, Termeh dan Somayeh masih bisa bermain dan bersenda gurau. Karena perasaan bersalahnya pada Termeh, Simin menyelesaikan persoalan tersebut secara kekeluargaan dengan ganti rugi sejumlah uang.

Ada kejadian yang tidak diketahui orang-orang yaitu saat sehari sebelumnya kejadian Razieh terserempet mobil saat mengejar kakek yang keluar apartemen. Itulah yang menyebabkan Razieh harus meninggalkan rumah sebentar. Suami Razieh membutuhkan uang untuk melunasi hutang-hutangnya. Tapi Razieh meminta Simin agar tidak memberikan uang karena uang tersebut tidak 'baik' dan takut akan terjadi apa-apa pada anaknya jika suaminya menerimanya.

Film keluarga Iran ini menyita perhatian dunia saat A Separation meraih penghargaan Academy Awards untuk film asing terbaik. Sebagai orang timur tidak sulit mencerna nilai-nilai keluarga yang tersirat dalam film ini. Nader sebagai seorang putra membaktikan dirinya untuk merawat ayahnya yang mengidap Alzheimer. Simin yang menginginkan putrinya tumbuh besar di negara yang lebih baik harus tunduk atas peraturan yang berlaku. Bahwa putrinya tidak bisa dibawa tanpa seijin ayahnya.

Jujur saja, saya tidak bersimpati dengan Simin. Ia terlihat egois. Dan ketika permasalahan Razieh terjadi, ia menekan Nader. "Apa yang telah kau lakukan terhadap wanita itu ?". Pendapat saya mengenai Simin persis seperti yang dikatakan Termeh, jika ibunya tidak memutuskan pergi pasti hal ini tidak terjadi. Di akhir film, Termeh berada di ujung tanduk ketika ia harus memilih untuk tinggal bersama siapa.

Karakter Razieh cukup menarik. Ia orangnya jujur tapi suka menyimpan rahasia sendiri. Karena suaminya tidak mencukupi nafkah keluarga akhirnya ia bekerja. Kejujurannya diuji saat keluarga Nader akan memberi ganti rugi dan ia diminta bersumpah di bawah Alquran. Ia sangat takut sekali untuk bersumpah.
Sementara Termeh dan Somayeh menggambarkan kepolosan anak-anak yang tidak mengenal kemarahan orang tua masing-masing. Termeh kritis mempertanyakan jawaban ayahnya di pengadilan ketika ia sebenarnya mengetahui Razieh memang sedang hamil muda. Tatapan dari anak-anak mampu menembus hati orang dewasa yang mudah dimanipulasi.

Tak heran, jika film ini diganjar banyak penghargaan dunia. Lalu, saya jadi teringat film Iran yang pernah dulu sekali saya tonton. Film tersebut mengisahkan perjuangan kakak laki-laki dalam lomba lari demi hadiah sepatu untuk adiknya, Children of Heaven. Ah, keren-keren ya film Iran. :)

A Separation dan Children of Heaven adalah cerita-cerita sederhana yang menginspirasi dunia.

Sebuah Perbincangan Hangat di Museum

$
0
0
Minggu lalu, saya dan kedua adik, yang kembar,melancong ke Museum Sumpah Pemuda. Ceritanya saya publikasikan di blog jalan-jalan saya, disini. Setelah berkeliling museum sumpah pemuda, kami makan siang ke nasi kapau Kramat. Kemana ya abis makan? Usulan ke kota tua Jakarta ditolak mentah-mentah sama Alam. Bosan katanya. Saya mencari tempat yang tidak terlalu jauh. Bagaimana kalau Museum Proklamasi? Tempat deklarasi kemerdekaan Indonesia. Saya pernah mengunjungi museum ini waktu pelajaran sejarah SMP. Errr sepuluh tahun yang lalu sih. Hahaha.

Sayang, Monumen proklamasi kemerdekaan sedang ditutup dan gedung tampak sepi. Setelah bertanya pada Pak Satpam, ia memberitahukan sebagian koleksi museum ini sudah dipindahkan ke Gedung Joeang dan Museum Naskah. Museum Naskah? Terdengar kurang familiar buat saya. Ternyata yang dimaksud adalah museum perumusan naskah proklamasi yang merupakan rumah dinas dari Laksmana Muda Maeda. Jarak dari jl Proklamasi ke jl Imam Bonjol tidak terlalu jauh,letaknya dekat Taman Suropati.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Tiket masuk 2.000 rupiah. Berlawanan dengan Museum Sumpah Pemuda yang ramai pengunjung,Museum Perumusan Naskah Proklamasi lebih sepi. Hanya ada satu pengunjung saat kami datang. Dan setelah mbak tersebut pulang, tinggal kami bertiga saja.

Laksamana Muda Maeda

Atmosfir museum yang rindang menyejukkan ruangan walaupun tidak ada pendingin ruangan. Meja-meja panjang di ruangan dulunya digunakan untuk rapat menjelang proklamasi kemerdekaan. Dorama-dorama lebih sedikit. Tampak ruangan mengetik naskah tak jauh dari meja informasi. Di lantai pertama, saya berjalan hingga ke halaman tengah. Ada beranda yang rasanya nyaman sekali untuk menikmati senja.

Tangga menuju lantai dua membuat saya penasaran. Saya bertanya dahulu apakah boleh naik ke lantai dua dan apa saja koleksi museum. Sejarah pembacaan proklamasi ditampilkan di dinding. Dan beberapa memorabilia dari tokoh-tokoh yang mengikuti rapat perumusan proklamasi. Sayang jika tidak betul-betul mengeksplore museum ini, kami naik ke lantai dua. Sunyi dan tenang. Bunyi klakson kendaraan bermotor terdengar jauh walaupun museum ini terletak di jalan protokol.

Salah satu ruangan di lantai dua museum.

Krik..krik.. Waduh!. Salah satu pintu kaca berderit-derit. Memang angin sedang kencang di luar. Saya berpikir positif saja dan meminta adek menemani saya di ruangan tersebut. Ada foto Laksamana Maeda yang tampak gagah. Sebagian besar ruang memang kosong hanya dinding-dinding dipenuhi tulisan dan foto peristiwa seputar proklamasi kemerdekaan.

Saya memulai berbincang-bincang dengan Bapak penjaga museum. Saya konfirmasi apakah ada koleksi yang berasal dari museum proklamasi. Sebagian besar koleksi memang dipindahkan ke Museum Gedong Joang 45 termasuk mobil Peristiwa Cikini. Museum perumusan naskah proklamasi tidak menerima pindahan koleksi museum proklamasi. Sementara Wiya memotret dan Alam sibuk dengan kamera handphonenya, saya asyik ngobrol dengan Bapak penjaga.

Si Bapak salut dengan kedua adik saya, yang masih pelajar mau berkunjung ke museum. Anak muda sekarang lebih suka ke mall daripada tempat-tempat bersejarah. Ya tentu tidak lepas dari Uninya yang suka jalan ke museum. Hihihi. Kalau kata Bung Karno "Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah, ujar beliau. Setuju pak, kunjungan-kunjungan ke museum bisa menunjukkan 'akar' kita sebagai bangsa Indonesia. Dengan adanya globalisasi tidak dipungkiri mempengaruhi tingkah laku anak-anak sekarang. Dilarang tidak bisa tapi memang perlu dibatasi dan diawasi. "Adek kamu nurut ya",ujar Bapak sambil tersenyum. 

Sebelumnya Bapak ditugaskan di Museum Sumpah Pemuda. "Kita baru dari sana Pak". Oh iya, besok hari peringatan Sumpah Pemuda biasanya museum ada acara. "Lebih enak disini, adem. Suasananya juga. Pikiran jadi lebih terbuka",katanya. "Pak Jokowi sudah pernah berkunjung kesini, pak?",tanya saya. Saya penasaran saja, museum yang termasuk di kompleks elit dan rumah-rumah pejabat apa pernah disinggahi oleh pejabat itu sendiri. "Belum. Yang pernah itu Pak Jusuf Kalla dan Ibu Megawati". Pembicaraan beralih menyinggung soal pejabat. Kemarin Menteri Perdagangan sempat kesini, Pak Gita Wirjawan. Asyik orangnya ya, tidak berjarak dengan orang biasa. Diajak kami foto-foto bersama. Enak begitu ya, kalau pemimpin yang tidak sungkan bergabung dengan rakyat kecil, kita pun juga senang dipimpin beliau. Apa yang membedakan pejabat-pejabat sekarang dengan dahulu, yang ada di foto-foto ini? Ketulusan jiwa dari mereka. Mereka tidak punya apa-apa bisa jalan kalau sekarang mau jalan kalau ada anggaran. Jarang sekali menemukan tokoh-tokoh seperti dahulu. "Yang ada anggarannya aja kayak rapat anggota DPR,masih banyak yang bolos", sahut saya. "Pernah juga sih ada anggota DPR yang datang", lanjut ia bercerita. Waktu saya mintai uang tiket dia langsung bilang "saya ini anggota DPR". Oh silahkan masuk, pak. Hanya 2000 saja, ia menggunakan title "anggota DPR". Mungkin untuk orang-orang seperti itu status dan jabatan begitu penting dan dia ingin menunjukkan ke orang-orang. Padahal di mata saya nilainya sudah jatuh. Ish! Saya ikutan dongkol. Apalah arti 2.000 untuknya, keciiiil banget. Susah banget mengeluarkan duit segitu. Yang nilai kecil aja susah mengeluarkan apalagi menuntut pengorbanan yang lebih besar untuk rakyat. Shame on you!

Kearifan bapak penjaga betul-betul menyentuh hati saya. Ia bisa menghayati pekerjaannya. Jangan menyepelekan pekerjaannya yang hanya menjaga museum. Ia bisa memetik hikmah dari apa yang dijaganya, sejarah. Sementara orang-orang yang lebih mempunyai kuasa dan jabatan yang berkunjung kesana belum tentu bisa melihat nilai yang terkandung dalam museum tersebut. Saat ia mengetahui saya sudah bekerja, ia berpesan agar menikmati pekerjaan saya. Menjelang pukul 5 sore, museum tutup. Sebuah sedan hitam masuk ke pekarangan museum. "Wah sudah mau tutup bu", kata Bapak. "Sebentar aja ada tugas". Saya keluar sejenak dan mengambil potret di luar. Saya tidak mau interupsi kunjungan tamu lain. Tidak sampai 5 menit tamunya pulang. Sebelum museum benar-benar ditutup, saya meminta potret bersama. Waktu berpamitan pun, kedua adik saya cium tangan menghormati beliau. Kehangatan seperti ini tidak sering saya jumpai. Terima kasih Bapak untuk sore yang indah di museum dan perbincangan yang hangat.

Terimakasih ya Pak :)

Nb : Satu-satunya kesalahan saya adalah saya tidak menanyakan nama dari Bapak penjaga. Hiks.

Museum Hopping

$
0
0
Museum 1 : Museum Gedung Joang 45



Bermimpilah

propaganda jepang

Museum ke 2 : Museum Tekstil


@ Museum Tekstil



putri-putri cilik

Ceritanya menyusul ya ;)

Ketika Duo Narsis Pergi ke Taman Kota

$
0
0
Dari percakapan iseng-iseng dengan kiyong, panggilan sayang buat Iya sahabat saya, kami sepakat mau ngetrip seru ke luar kota. Kita berdua yang lagi gundah gulana kayaknya perlu refreshing. Kemana ya? Usulan saya ke Bandung langsung ditolak mentah-mentah sama kiyong yang orang Bandung. Bosen katanya. Hahaha. “Kota yang belum lo kunjungi apa zi?” Hmm. Malang?, jawab saya. “Boleh tuh!”. Mengingat perjalanana bisa 12 jam naik kereta kita berdua langsung jiper. “Kalau Solo gimana?”, kota yang spesial di hati saya.  Mau ! Yasudah kita susun budget dan itinerary dulu.

Rencananya mau bahas itinerary dengan ketemu langsung. Karena mau ngetrip di tanggal tua, kita memutuskan untuk tidak ngemall, tidak ngafe, dll yang judulnya 'penghematan serius'. Saya mengajak Kiyong ke Taman Honda Tebet. Informasi Hiddenpark saya dapatkan dari foto-foto dari teman Goodreads Indonesia, saya pun mupeng. Pas kan engga mau ke mall, kita ke taman kota aja. Tepatnya dimana saya tidak tahu, saya cuman tahu naik angkot 34 dari Stasiun Tebet. Dan di hari Sabtu wilayah Tebet macet banget, maklum banyak restoran, kafe dan salon di daerah tersebut. Mikroletnya motong jalan lewat gang-gang kecil. Gila gangnya cuman muat buat satu mobil aja. “Udah pernah belum kesana Zi?”,tanya Kiyong. Belum, hahahaha. Yah kalau nyasar nanti gampang lah masih di tebet-tebet juga. Hihihi.


setuju ? ^^




duo narsis


berasa bukan di Jakarta deh ;))

outdoor library. ada banner Goodreads Indonesia ! (@bacaituseru)


Kiyong

cerita menyusul ;)

[Movie Review] The Kite Runner

$
0
0
Saya hampir berteriak kegirangan saat membaca judul "The Kite Runner" dari tumpukan dvd. Saat dicoba sempat tidak bisa ternyata loading dvdnya cukup lama. The Kite Runner merupakan adaptasi novel Khaled Hosseini.

The Kite Runner 

Cerita ini berawal dari dua anak kecil bernama Amir dan Hassan. Amir merupakan anak dari keluarga yang cukup terpandang di Kabul. Hassan adalah anak dari Ali, pengurus rumah tangga di keluarga Amir. Mereka seumuran dan sering bermain bersama. Amir suka membaca dan menulis. Sementara Hassan bekerja membantu tugas ayahnya. Walaupun mereka berteman, jarak sosial mereka bagai bumi dan langit. Amir adalah anak majikan dari ayah Hassan. Selain itu Hassan beretnis Hazara, etnis minoritas di Afghanistan. Hassan bersedia melakukan apa saja demi Amir. Saat Amir berhadapan dengan anak-anak nakal, Hassan yang maju membela Amir.

Sewaktu Hassan berulang tahun, Ayah Amir membelikannya layangan. Di musim layang-layang, langit Kabul dipenuhi warna-warni layangan anak-anak. Amir memenangi pertandingan layang-layang yang sengit. Saat layangan lawan putus, Hassan mengejar layangan tersebut untuk Amir. Ketika Hassan berhasil mendapatkan layang-layang, ia dicegat kembali oleh anak nakal yang pernah mengolok-olok Hassan. Ia dipaksa menyerahkan layang-layang tersebut. Asef mengintimidasi Hassan karena anak pembantu dan mengatakan Amir hanya mau bermain dengan Hassan jika tidak ada kawan bermain lagi. Hassan dipukuli oleh Asef dan teman-temannya. Amir menyaksikan dari jauh dan tidak mempunyai keberanian untuk membelanya. Amir bahkan berlari saat Asef bertindak lebih jauh dan keji terhadap Hassan. Saya tidak sanggup menonton bagian ini. Waktu membacanya juga tidak nyaman dengan kekerasan seksual yang dialami Hassan. Hassan menyerahkan layang-layang biru yang ia pertahankan dari Asef kepada Amir.

Hassan *pemeran Hassan pas banget bikin iba hati* (source : deviantart.com)

Semenjak hari naas itu, sikap Amir berubah pada Hassan. Amir bertanya pada ayahnya apakah mereka bisa mendapatkan pembantu baru. Ayahnya marah, Ali sudah membantu keluarga mereka selama empat puluh tahun. Amir melempari Hassan buah busuk. Ayo balas, tantang Amir. Tapi Hassan hanya menunduk,dia mengambil buah yang lain dan menamparkan ke mukanya sendiri.

Puncaknya Ali dan Hassan keluar dari rumah keluarga Amir saat Hassan dituduh mencuri jam Amir. Pencurian tersebut sebenarnya dibuat-buat oleh Amir. Tapi Hassan mengakui melakukan pencurian tersebut. Ayah Amir memaafkan Hassan tapi Ali bertekad untuk pergi. Ayah Amir tidak bisa menghalangi kepergian Ali dan Hassan.

Kisah persahabatan dua anak sedari kecil berakhir tidak mengenakkan. Rusia datang menduduki Afghanistan. Ayah Amir yang menentang komunis memutuskan untuk keluar dari Afghanistan. Mereka pindah ke Amerika. Rumah mereka diserahkan kepada sahabat Ayah Amir, Ramzi Khan.

Selang dua puluh tahun berlalu, Amir mendapat panggilan untuk kembali ke Kabul. Ia menemui sahabat ayahnya di Peshawar, Pakistan dan mendapatkan fakta yang mengejutkan tentang Hassan. Hassan ditembak mati pasukan taliban saat mempertahankan rumah keluarga Amir. Mau tak mau ia harus kembali ke Kabul untuk seseorang yang selalu mengutamakan dirinya lebih dari siapa pun. Ia mencoba menebus kesalahannya di masa lalu untuk menyelamatkan anak dari Hassan yang telah yatim piatu di Kabul.

Mata saya bengkak sehabis menonton film ini. Sama bengkaknya mungkin waktu membaca bukunya dulu. Sedih. Mungkin saya amat sensitif dengan cerita-cerita seperti ini. Hassan mempunyai keberanian yang luar biasa untuk membela Amir.  "For you, a thousand times over.",ujar Hassan kepada Amir. Sementara Amir terlalu pengecut saat Hassan membutuhkan pertolongannya. Huwaaa Hassaaaan :'(((.

Khaled Hosseini, si penulis sempat muncul di akhir film. Saat ini dia sudah menerbitkan dua karya lainnya selain The Kite Runner yaitu A Thousand Splendid Suns dan And The Mountains Echoed. *semuanya saya suka*. Keduanya masih berlatar belakang Afghanistan. Khaled Hosseini adalah putera asli Afghanistan yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di luar tanah airnya. Dengan tema-tema tulisannya, saya merasa ia 'gelisah' dengan keadaan negerinya yang porak poranda oleh perang. Korban yang jatuh tidak terhitung semenjak Rusia datang, Taliban berkuasa hingga gempuran pasukan Amerika. Apa yang ia tulis mungkin tidak akan bisa mengobati duka yang dialami Afghanistan. Tapi setidaknya dengan kisah yang ia tulis membuat orang di belahan dunia lain untuk lebih peduli dan simpati terhadap Afghanistan dan mensyukuri perdamaian.

Movie Marathon @ Jiffest 2013

$
0
0
Layar Jiffest 2013 @ Epicentrum XXI

Jiffest is Back! Setelah vakum selama dua tahun, festival film internasional Jakarta diadakan lagi. Sebelum-belumnya, saya belum pernah datang ke jiffest. Dalam jiffest 2013 terdapat beberapa rangkaian program acara. Saya berminat untuk nonton World Cinema yang diadakan di XXI Epicentrum Walk. Dari lima film yang akan diputar, dua diantaranya sudah saya tonton The Perks of Being Wallflower dan The Bling Ring. Kedua film tersebut dibintangi oleh Emma Watson. Masalahnya mau nonton sama siapa? Teman-teman yang diajak berhalangan dan tidak bisa menemani. Akhirnya saya nonton dengan Dincuy, teman kantor, tapi hanya di film pertama. Dua film lainnya, saya nonton sendirian. Belum pernah sih nonton bioskop sendirian. Pergi ke site sendiri, datang ke pameran sendiri, nonton konser pernah juga sendiri. Tidak masalah lah nonton bioskop sendiri, anggap saja quality time dengan diri sendiri. Hahaha.

Film Pertama : The Perks of Being Wallflower.

source : jiffest.co.id

Saya suka sekali dengan film ini, ceritanya, bukunya, musiknya dan pemerannya. Jadi tidak keberatan nonton untuk kedua kalinya. I love Charlie! :*
 “we accept the love we think we deserve.”

Ada jeda satu film yang tidak saya tonton, The Bling Ring. Saya makan siang dulu di Mall Ambassador dan menemani Dincuy yang mau beli dvd  The Perks of Being Wallflower. Hahaha. "Bagus banget zi filmnya!",kata Dincuy. Makjoss banget quote-quote filmnya. ;)

Film Kedua : Ilo Ilo.

source : jiffest.co.id

Film dari sutradara Singapura tentang hubungan anak asuh (Jiale) dengan asisten rumah tangga (Terese) yang berasal dari Filipina. Astaghfirullahaladzim, anaknya si Jiale itu bandelnya minta ampun. Dan Terese ini mirip deh sama artis sinetron Indonesia yang suka berperan jadi asisten rumah tangga juga. Selain bikin geleng-geleng kepala sama keusilan Jiale, lama-lama terharu juga kalau dia jadi anak baik. Ceritanya sederhana tapi baguuus.

Film Ketiga : 12 Years a Slave.

source : jiffest.co.id

Film ini paling banyak peminatnya. Sold out dari siang hari dan dibuka oleh Prisia Nasution. Dan saya baru sadar, bioskop semakin dingin dan tidak membawa jaket. Saya cemas kalau tiba-tiba kebelet ke toilet dan tidak mau ketinggalan cerita film yang meraih rating imdb cukup tinggi ini. Lucunya marathon film saya cuman pindah baris tempat duduk dari tiga film yang saya tonton, A - B - C. Film ini akan saya bahas secara terpisah karena meninggalkan kesan yang begitu kuat. Saya serasa habis ketemu dementor, yang menghisap saripati kebahagiaan hingga tiada bersisa. *lebaybutitstrue*

Puas banget nonton film di Jiffest 2013. Two thumbs up!

[Movie Review] 12 Years A Slave

$
0
0

      Apa nilai dari sebuah kebebasan ?
Solomon Northup (Chiwetel Ejiofor) adalah orang kulit hitam yang bebas dari Saratoga, New York. Ia hidup nyaman dengan istri dan dua anaknya. Kedudukannya setara dengan orang kulit putih. Mereka bisa berbaur dalam pesta dan diskusi yang akrab. Sampai suatu hari Solomon Northup tertipu dalam muslihat dua orang kulit putih kenalannya. Ia dibius dan terbangun dengan kaki dan tangan yang dirantai. Seketika kebebasannya terampas dan terpisah dari keluarga.
Solomon terjebak dalam perbudakan di negara bagian Lousiana. Ia terpaksa menerima nama baru, “Platt”. Saat jual beli, budak-budak dijejerkan telanjang dan ditelisik layaknya hewan.  Platt dibeli oleh Wiliam Ford (Benedict Cumberbatch). Keistimewaan Platt lambat laun disadari oleh Ford.  Bisa membaca dan menulis sangat berbahaya bagi orang negro. Platt berhasil memberikan rekomendasi teknis dalam pengangkutan kayu yang lebih mudah dan cepat melalui sungai. Namun terjadi perkelahian antara Platt dan mandor bernama Tibeats (Paul Dano). Platt tidak aman dari ancaman balas dendam Tibeats sehingga ia dijual ke Edwin Epps (Michael Fassbender) yang terkenal keras dengan budak kulit hitam.
Platt bekerja di perkebunan kapas. Di akhir hari, perolehan memetik kapas masing-masing budak ditimbang. Ada target minimal untuk setiap harinya. Seorang budak wanita bernama Patsey melebihi dari hasil petikan orang-orang. Patsey adalah anak emas Mr Epps. Mr Epps mempunyai kebiasaan aneh yang membangunkan budak tengah malam dan melakukan pesta dansa yang diiringi gesekan biola Platt. Menjadi kesayangan Tuan bagaikan buah simalakama buat Patsey. Nyonya Epps cemburu dengan Patsey. Bukan rahasia lagi, budak-budak wanita selain dijadikan pekerja di siang hari juga dipergunakan untuk memenuhi kepuasan seksual di malam hari. Patsey pernah meminta Platt untuk mengakhiri hidupnya. Mungkin kematian jauh lebih baik daripada hidup dibawah perbudakan.

Solomon pernah mencoba mengirim surat  lewat budak kulit putih dan ia nyaris ketahuan Tuan Epps karena orang tersebut berkhianat. Harapan Solomon muncul kembali saat bertemu Sam (Brad Pitt), orang Kanada, yang mempunyai pandangan berbeda tentang perbudakan. Dengan risiko yang besar Sam akhirnya membantu Solomon.

Nilai orang kulit hitam tidak lebih berharga dari kotoran yang hina sekalipun. Mereka adalah properti dari tuan tanah mereka. Nyawa mereka begitu mudah dicabut. Orang kulit putih tidak pernah salah. Jika mereka melakukan kesalahan maka hukumannya tidak seberat jika yang melakukan orang kulit hitam.  Ada juga orang kulit putih yang berempati dengan perlakuan yang diterima orang kulit hitam tetapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Risiko yang dipertaruhkan terlalu besar.


12 Years a Slave ditayangkan dalam Jakarta International Film Festival. Film ini mendapatkan sambutan yang luar biasa dari penonton. Jika tidak tahan melihat penyiksaan mungkin lebih baik tutup mata. Kisah ini berdasarkan pengalaman hidup Solomon Northup dalam kurun waktu  tahun1841 - 1853. Ia menulis memoar selama dua belas tahun menjadi budak dan diterbitkan tidak lama dari novel Uncle Tom’s Cabin.
Viewing all 122 articles
Browse latest View live