Apa nilai dari sebuah kebebasan ?
Solomon Northup (Chiwetel Ejiofor) adalah orang kulit hitam yang bebas dari Saratoga, New York. Ia hidup nyaman dengan istri dan dua anaknya. Kedudukannya setara dengan orang kulit putih. Mereka bisa berbaur dalam pesta dan diskusi yang akrab. Sampai suatu hari Solomon Northup tertipu dalam muslihat dua orang kulit putih kenalannya. Ia dibius dan terbangun dengan kaki dan tangan yang dirantai. Seketika kebebasannya terampas dan terpisah dari keluarga.
Solomon terjebak dalam perbudakan di negara bagian Lousiana. Ia terpaksa menerima nama baru, “Platt”. Saat jual beli, budak-budak dijejerkan telanjang dan ditelisik layaknya hewan. Platt dibeli oleh Wiliam Ford (Benedict Cumberbatch). Keistimewaan Platt lambat laun disadari oleh Ford. Bisa membaca dan menulis sangat berbahaya bagi orang negro. Platt berhasil memberikan rekomendasi teknis dalam pengangkutan kayu yang lebih mudah dan cepat melalui sungai. Namun terjadi perkelahian antara Platt dan mandor bernama Tibeats (Paul Dano). Platt tidak aman dari ancaman balas dendam Tibeats sehingga ia dijual ke Edwin Epps (Michael Fassbender) yang terkenal keras dengan budak kulit hitam.
Platt bekerja di perkebunan kapas. Di akhir hari, perolehan memetik kapas masing-masing budak ditimbang. Ada target minimal untuk setiap harinya. Seorang budak wanita bernama Patsey melebihi dari hasil petikan orang-orang. Patsey adalah anak emas Mr Epps. Mr Epps mempunyai kebiasaan aneh yang membangunkan budak tengah malam dan melakukan pesta dansa yang diiringi gesekan biola Platt. Menjadi kesayangan Tuan bagaikan buah simalakama buat Patsey. Nyonya Epps cemburu dengan Patsey. Bukan rahasia lagi, budak-budak wanita selain dijadikan pekerja di siang hari juga dipergunakan untuk memenuhi kepuasan seksual di malam hari. Patsey pernah meminta Platt untuk mengakhiri hidupnya. Mungkin kematian jauh lebih baik daripada hidup dibawah perbudakan.
Solomon pernah mencoba mengirim surat lewat budak kulit putih dan ia nyaris ketahuan Tuan Epps karena orang tersebut berkhianat. Harapan Solomon muncul kembali saat bertemu Sam (Brad Pitt), orang Kanada, yang mempunyai pandangan berbeda tentang perbudakan. Dengan risiko yang besar Sam akhirnya membantu Solomon.
Nilai orang kulit hitam tidak lebih berharga dari kotoran yang hina sekalipun. Mereka adalah properti dari tuan tanah mereka. Nyawa mereka begitu mudah dicabut. Orang kulit putih tidak pernah salah. Jika mereka melakukan kesalahan maka hukumannya tidak seberat jika yang melakukan orang kulit hitam. Ada juga orang kulit putih yang berempati dengan perlakuan yang diterima orang kulit hitam tetapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Risiko yang dipertaruhkan terlalu besar.
12 Years a Slave ditayangkan dalam Jakarta International Film Festival. Film ini mendapatkan sambutan yang luar biasa dari penonton. Jika tidak tahan melihat penyiksaan mungkin lebih baik tutup mata. Kisah ini berdasarkan pengalaman hidup Solomon Northup dalam kurun waktu tahun1841 - 1853. Ia menulis memoar selama dua belas tahun menjadi budak dan diterbitkan tidak lama dari novel Uncle Tom’s Cabin.