Menjadi benar adalah keharusan. Jika menjadi benar dijadikan pesakitan maka ada yang salah di negara ini - Mursala
Anggiat, Faisal, dan Uli berteman akrab dari kecil. Sering Anggiat dan Uli menjadi bahan becanda karena mereka masih terhitung Pariban dalam silsilah keluarga Batak. Setelah dewasa, Anggiat merantau dan melanjutkan kuliah ke ibukota. Uli dan Faisal masih tinggal di kampung tercinta.
Di Jakarta, Anggiat Simbolon adalah pengacara yang sedang disorot media. Ia merupakan tim pembela hukum seorang remaja yang dituntut atas kasus pencurian sendal pejabat. Anggiat Simbolon menjadi putra daerah kebangaan Tapanuli Tengah. Menjadi pengacara adalah cita-citanya sedari kecil. 'Membela yang benar',pesan Opung yang Ia terus ingat hingga menjadi pengacara.
Anggiat mempunyai kekasih seorang presenter berita, Clarissa Saragih. Ketika adiknya menikah, Anggiat pulang kampung dan Clarissa muncul sebagai kejutan. Kejutan yang lebih besar lagi justru menghadang mereka. Ketika Anggiat dan Clarissa memberitahukan niat untuk menikah. Boru Simbolon dan Saragih terhitung dekat kekerabatannya. Keputusan menikah dengan Clarissa sama saja seperti menikahi adik bagi Anggiat.
Uli mendirikan LSM untuk konservasi laut dan terumbu karang. Sehari-hari ia tinggal di basecamp bersama relawan-relawan lainnya di pulau Mursala. Kulit Uli terbakar matahari karena pekerjaannya di tengah laut tapi tidak menyurutkan kecantikan alaminya. Penelitian Uli selain untuk menjaga kelestarian terumbu karang yang mulai rusak juga menanamkan kesadaran bagi nelayan untuk tidak menggunakan bom ikan. Aktifitas LSM Uli kadang ditulis oleh teman kecilnya,Faisal,dan dikirimkan ke koran Tapanuli.
Kehadiran Anggiat kembali di kampung halaman menerbitkan semu merah di wajah Uli. Namun wajahnya kembali berubah kecewa ketika Anggiat mengenalkan pacarnya. Clarissa mengangkat aktifitas LSM Uli sebagai 'oleh-oleh' dari cuti untuk kantornya. Uli membawa Clarissa ke air terjun Mursala yang langsung mengalir ke samudera hindia. Air terjun ini menyimpan kisah tragis dari putri cantik jelita yang tidak mau dikawinkan paksa. Konon dari air mata para pengawal sang putri lah terbit air terjun yang gagah ini.
Polemik 'cinta terlarang' antara Anggiat dan Clarissa membuat debat panjang di keluarga besar. Anggiat bersikukuh ingin melanjutkan hubungan. Toh Clarissa sudah lama tinggal di Jakarta. Tetua di keluarga memberikan pengertian mengenai adat istiadat.
Cinta atau menuruti adat? Anggiat dilematis. Jika ia maju terus akan banyak yang ia korbankan. Dikeluarkan dari Marga hanya salah satu dampaknya. Anggiat mungkin takkan diijinkan kembali pulang ke kampung halamannya lagi.
Jika saya tarik dari film ini ada tiga topik yang menarik yaitu tentang cinta terlarang, hukum dan lingkungan hidup. Karakter Anggiat sebagai pengacara yang membela pihak tertindas seperti oase di tengah gurun karena lebih banyak yang menekankan jabatan dan harta. Berulang-ulang kali dari pihak lawannya ia mendapat tawaran 'damai saja lah', namun Anggiat tidak menggubrisnya. Penonton akan disuguhi pemandangan indah dari Tapanuli Tengah. Keren! Walaupun air Terjun Mursala sendiri hanya disorot sebanyak dua kali. Melalui kisah cinta Anggiat dan Clarissa penonton dibawa pada wawasan mengenai adat istiadat batak. Sementara itu perjuangan Uli memberikan sisi lain, Gadis yang tinggal di kampung juga bisa memberikan kontribusi yang besar. Ia menjadi penjaga rumah dari ikan dan tidak mudah untuk menghalau kapal-kapal yang gegabah menghancurkan terumbu karang.
air terjun Mursala
Film Mursala memang saya tunggu-tunggu semenjak Baliho besar terpampang di jalan layang Saharjo. Faktor pertama yang menarik hati saya adalah air terjun. Sebagai penyuka air terjun,saya harus nonton. Rangkaian cerita dan konfliknya menarik. Humor dan dialog-dialog dalam bahasa Batak pun terasa menyegarkan.
Memang masih ada hal-hal kecil yang saya perhatikan kurang 'nendang'. Seperti akting pemeran Clarissa Saragih masih terasa kaku. Atau logat bicara Titi Rajo Bintang yang 'kurang batak' malah ketika berbicara bahasa Minang baru cocok di telinga. Dialog Uli dengan masyarakat yang terdengar seperti bahasa Minang membuat saya penasaran apakah masyarakatnya berbahasa Minang ?.